Biografi Abu Ahmad Bin Dawud (Al Dinawari)
Al Dinawari
atau yang bernama lengkap Ahmad bin Daud Al-Dinawari atau Abu Hanifah lahir di
kota Dinawari pada tahun 820 Masehi. Ia adalah seorang ilmuwan Islam yang
terkenal karena salah satu karyanya yang sangat berpengaruh dalam perkembangan
ilmu botani, yaitu kitab Al Nabat. Kitab ini memuat diskripsi mengenai ratusan
jenis tanaman dan penjelasan mengenai berbagai jenis tanah, karakteristik,
kualitas, sifat, serta tanah mana yang baik untuk ditanami.
Ayahnya bernama
Abu Hanifa Ahmad bin Dawud bin Wanand. Sang ilmuwan Muslim ini sejak kecil
sudah menunjukkan minatnya yang tinggi terhadap ilmu pengetahuan. Ia
mempelajari beragam ilmu, seperti astronomi, matematika, dan mekanik di
Ishafan, Iran.
Ad-Dinawari
Bapak Botani dari Dunia Islam, ketika Revolusi Pertanian Islam bergulir di era kekhalifahan,
para insinyur Muslim berhasil mencapai kemajuan yang begitu gemilang dalam ilmu
tumbuh-tumbuhan alias botani. Para ahli botani Muslim di zaman keemasan Islam
mampu menampilkan keahliannya dalam agronomi, agroteknik, meteorologi,
klimatologi, hidrologi, penguasaan lahan, serta manajemen usaha pertanian.
Tak cuma itu,
para ahli botani dan pertanian Muslim juga sudah menguasai beragam pengetahuan
lainnya, seperti ekologi, pertanian, pedologi, irigasi, serta pengetahu an
penunjang pertanian lainnya. Berkat penguasaan pengetahuan itulah, Revolusi
Hijau yang dikembangkan dunia Islam mencapai puncak kesuksesan.
Salah seorang
insinyur Muslim yang menjadi otak di balik kesuksesan Revolusi Hijau itu adalah
Ad- Dinawari (828-896 M). Toufic Fahd (1996), dalam bukunya bertajuk Botany and
Agriculture menobatkan Ad-Dinawari sebagai pendiri botani atau ilmu
tumbuh-tumbuhan di dunia Islam. Sejatinya, dia layak disebut sebagai Bapak Botani.
Botani merupakan
kajian saintifik untuk kehidupan tumbuhan. Sebagai satu cabang biologi, botani
kadang kala dirujuk sebagai sains tumbuhan atau biologi tumbuhan. Botani
merangkumi berbagai disiplin saintifik yang mengkaji struktur, pertumbuhan, pembiakan,
metabolisme, perkembangan, penyakit, ekologi, dan evolusi tumbuhan. Sang
insinyur telah menulis sebuah buku botani yang sangat menakjubkan pada abad
ke-9 M yang berjudul Kitab Al-Nabat (Buku Tumbuh tumbuhan).
Dalam kitabnya
itu, Ad-Dinawari mam pu menjelaskan sekitar 637 jenis tanaman. ‘’Ad-Dinawari
pun membahas evolusi tanaman mulai dari kemunculan hingga kematian,’‘ ungkap
Taufic Fahd. Tak hanya itu, sang insinyur juga mengupas fase pertumbuhan
tanaman, produksi bunga, dan buah.
Sejatinya, Ad-Dinawari
bernama lengkap Abu Hanifah Ahmad Ibnu Dawud Dinawari. Insinyur asal Persia itu
dikenal sebagai ilmuwan serba bisa. Selain sebagai perintis botani, ad-Dinawari
juga dikenal menguasai beragam ilmu, seperti astronomi, pertanian, metalurgi,
geografi, matematika, dan sejarah.
Selain itu, ilmu
bahasa dan sastra juga telah membetot perhatian ad-Dinawari. Untuk mempelajari
bahasa dan sastra, Ad-Dinawari harus hijrah ke dua kota penting di Irak pada
zaman kejayaan Dinasti Abbasiyah, yakni Kufah dan Basrah. Sang ilmuwan Muslim
fenomenal itu meninggal dunia pada 24 Juli 896 M di kota kelahirannya, Dinawar.
Nama Ad Dinawari pun diambil dari kota tempat kelahiran dan kematiannya.
Prof MR Izady
dalam karyanya bertajuk The 1.100 Anniversary of Abu-Hanifa Dinawari
menuturkan, saat itu, Kota Dinawar telah menjelma sebagai kota besar di Kurdistan
Selatan. Dinawar terletak di kawasan yang strategis karena berada di antara
wilayah Timur dan Barat yang dikenal sebagai jalur utama perdagangan internasional,
Jalur Sutera. ‘’Hingga kini, kota itu dikenal sebagai penghasil ilmuwan dan
pemikir, seperti Ad-Dinawari,’‘ cetus Prof Izady.
Menurut catatan
sejarah, Ad-Dinawari adalah keturunan bangsa Kurdi. Ia merupakan keturunan
Wanand. Ad-Dinawari merupakan generasi kedua yang memeluk agama Islam. Dari
kota itu, terlahir juga seorang ulama dan ahli agama bernama Muhammad Ibnu Abdullah
Ibnu Mihran Dinawari dan ahli tata bahasa yang bernama Abu-Ali Ahmad Ibnu Jafar
Ibnu Badh Dinawari.
‘’Mereka juga
ada lah generasi kedua yang memeluk Islam,’‘ papar Prof Izady. Menurut dia,
hingga kini, penduduk Kota Dinawar tak pernah melupakan jasa dan kontribusi
yang diberikan Abu Hanifa Ad- Dinawari dalam mengembangkan ilmu pengetahuan.
Setiap tahun, masyarakat di kota itu memperingati hari Abu Hanifa Dinawari.
Sungguh luar
biasa, penduduk asli kota itu sangat menghormati Abu Hanifah Dinawari berkat
kontribusinya bagi sejarah dan kebudayaan,’‘ tegas Prof Izady. Salah satu
kontribusi paling penting yang diberikan Ad-Dinawari bagi peradaban manusia
adalah Kitab Al-Nabat. Itulah sebabnya dia dianggap sebagai penemu botani dari
Arab.
Dia juga
dianggap sebagai penulis pertama yang mendis kusi kan bangsa Kurdi. Ia mengupas
jejak dan sejarah bangsa Kurdi lewat bukunya yang bertajuk Ansab Al-Akrad
(Keturunan Kurdi). Ad-Dinawari pun dikenal sebagai seorang sejarawan. Karya
sejarahnya dituangkan dalam buku berjudul Kitab Al-Akhbar Al-Tiwal (Book of Long
Narratives). Buku itu mengisahkan jejak kehidupan manusia mulai dari pra-Islam
hingga era Islam.
Ad-Dinawari
dikenal sebagai seorang pemikir berkelas dunia. Para ilmuwan modern mengagumi
ketelitian, ketepatan, serta keandalan ilmuwan Persia itu. Tak heran jika
namanya disejajarkan dengan ilmuwan Muslim legendaris, seperti Ibnu Khaldun
yang di kenal lewat bukunya yang berjudul Al-Muqaddimah. Ad-Dinawari dikenal
dengan keluasan ilmu pengetahuannya. Karya Ad-Dinawari yang sudah hilang
ternyata bisa ditemukan lagi dalam karya ilmuwan lain. Banyak ilmuwan yang
menjadikan buah pikirnya sebagai referensi dan ada pula yang menulis ulang
bukunya.
Sejarawan dan
ahli etnografi terkenal, Mas’udi, mengatakan, Ibnu Qutayba Dinawari telah
mengkopi Buku Orientasi Perbintangan (Book of Astral Orientations) karya Abu
Hanifa ke dalam karyanya. Dalam bidang astronomi, sosok Ad-Dinawari pun begitu
dihormati dan dikagumi. Ia dikenal sebagai seorang astronom hebat asal Persia
yang menemukan Galaksi Andromeda.
Sejarawan B
Lewin dalam biografi tentang Abu Hanifa Ad- Di nawari mengatakan, generasi muda
Muslim patut mencontoh sang ilmuwan. Salah satu hal yang menarik dari Ad-Dinawari
adalah ketepatan dan ketelitiannya saat melakukan penelitian. Satu lagi, kita
menemukan tokoh Muslim yang begitu hebat dari era kejayaan Islam. Seorang
ilmuwan yang tak pernah dilupakan masyarakat Kota Dinawar. Setiap tahun,
masyarakat kota itu memperingati hari wafat Abu Hanifa Ad-Dinawari. Semangat
dan perjuangan hidupnya tetap dilestarikan. Itulah sebabnya Dinawar menjadi
kota penghasil pemikir dan ilmuwan.
Kontribusi
Sang Ilmuwan Botani
Pada abad ke-9
M, ad-Dinawari telah menemukan ilmu tumbuhan-tumbuhan alias botani. Ia mengupas
dan membedah botani lewat karyanya Kitab Al-Nabat (Buku Tumbuh-tumbuhan) yang
terdiri atas enam volume. Sayangnya, beberapa volume telah punah, hanya volume
ketiga dan kelima yang tersisa. Meski begitu, volume keenam dari kitabnya itu
telah menjadi bagian rekonstruksi dasar dalam kutipan dari karya terakhirnya.
Dalam kitabnya itu, ad Dinawari menguraikan sekitar 637 jenis tanaman. Buku itu
ditulis dalam bahasa Arab.
Sang ilmuwan
menjelaskan aneka jenis tanaman yang ditemuinya dari huruf sin sampai ya. Tak
hanya itu, dia juga mendiskusikan evolusi tanaman dari tumbuh/hidup sampai
mati, penjelasan tahap tanaman tumbuh, dan memproduksi buah dan bunga. Buku itu
menjadi sumber utama tentang tanaman-tanaman dan penggolongan analisis
(morfologi), morfologi tanah dan tentang ilmu air. Selain itu, buku yang
fenomenal itu juga menjadi risalah tata bahasa paling lengkap dalam nama-nama
tanaman.
Astronomi dan
Meteorologi Bagian dari bukunya tentang tanaman juga menguraikan peranan
astronomi dan meteorologi Islam dalam pertanian. Ia sudah bisa menentukan awal
musim dengan fenomena alam tersebut. Fenomena alam lainnya, seperti badai,
guntur, kilat, salju, banjir, lembah, sungai, danau, sumur-sumur, dan sumber
air lainnya dikaji dan dibahas. Semua itu digunakan untuk kepentingan
pertanian.
Ilmu Bumi Bagian
dari buku tentang tanaman milik Ad-Dinawari juga menguraikan ilmu bumi dalam
konteks pertanian. Dia memasukkan batu dan pasir serta menjelaskan perbedaan
tipe-tipe tanah serta menandakan tipe-tipe yang cocok untuk tanaman,
kualitasnya, dan kandungan tanah yang baik.
Sejarah Lewat
Kitab Al-Akhbar At-Tiwal, Ad - Dinawari juga dianggap sebagai seorang sejarawan.
Selain menceritakan zaman pra-Islam, buku sejarahnya juga mengi sahkan
hari-hari terakhir kekua saan Di nasti Umayyah di Khurasan. Dalam buku itu,
diceritakan bagaimana Marwan IIkhalifah terakhir Umay yahdi kalahkan oleh
pasukan Abbasiyah.
Posting Komentar untuk "Biografi Abu Ahmad Bin Dawud (Al Dinawari)"
Posting Komentar